Senin, 19 Mei 2008

Berita Demo Kenaikan BBM

Demonstran di Bandung Minta BBM Naik 100%
Jum'at, 9 Mei 2008 - 15:38 wib

TB Ardi Januar - Okezone


BANDUNG - Sejumlah massa yang tergabung dalam Mahasiswa Pancasila Jawa Barat, mendatangi kantor Pertamina Kota Bandung di Jalan Wirayuda nomor 1, Bandung. Dalam aksinya kali ini mereka meminta agar Pertamina menaikan harga BBM sebesar 100%. Waduh...

"Pemerintah hendaknya menaikan harga BBM sebesar 100 persen, biar BBM tidak ada yang beli dan biar mereka puas dan orang miskin yang ada di Indonesia pada mati karena miskin," ujar Koordinator aksi, Syachriyal dalam orasinya, Jumat (9/5/2008).

Dia menambahkan, Indonesia hanyalah tempat bagi orang kaya dan bukan diperuntukan orang miskin. "Jadi orang miskin mendingan jangan hidup di Indonesia karena bukan tempatnya," sidnirnya.

Syachriyal menjelaskan, usaha Bantuan Tunai Langsung (BLT) oleh pemerintah hanya dianggap mensyahkan orang miskin di Indonesia.

"Kenaikan BBM nanti kemungkinan akan melahirkan 41,5 juta jiwa orang miskin. Oleh karena itu, kami menolak blt. Karena itu hanya akan melanggengkan kemiskinan dan tidak menjadi solusi," Paparnya.

Hingga pukul 16.00 WIB, aksi yang dimulai sejak pukul 14.30 ini masih berjalan tertib. Aksi sempat diwarnai dengan adegan teatrikal sebagai wujud realita kehidupan masyarakat. Sejumlah polisi dari Polresta Bandung Tengah juga nampak bersiaga mengawal jalannya aksi. (kem)

Rabu, 07 Mei 2008

Berita RADAR Bandung

Pendidikan Gratis, Harga Mati

Mapancas Nilai Dewan Kurang Proaktif Benahi Pendidikan

WASTUKANCANA-Puluhan demonstran yang tergabung dalam ormas Mahasiswa Pancasila (Mapancas) mengepung gedung DPRD Kota Bandung. Pengepungan ini terkait sikap dewan yang dinilainya kurang proaktif dalam memperjuangan pendidikan di Kota Bandung, sehingga pendidikan hanya dinikmati kalangan mampu saja.
Aksi yang dimulai sekitar pukul 13.00 di halaman gendung dewan, Jalan Wastukancana Kota Bandung. Sekalipun tidak mendapat tanggapan dari dewan, aksi tetap berjalan damai. Setengah jam berikutnya, mereka membubarkan diri.
Dalam orasinya mereka menyayangkan sikap lembek dewan terkait banyaknya peristiwa kebocoran soal pada Ujian Nasional (UN) di Kota Bandung. Menurutnya, kebocoran soal menandakan, bahwa pendidikan bisa dikomersilkan. “Kalau pendidikan dikomersilkan, tentu hanya kalangan tententu saja yang bisa membelinya. Ini menjadi paradoks, mengingat pendidikan harus bisa dinikmati oleh semua kalangan,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Daerah Mapancas Kota Bandung Burhanudin H, kepada wartawan, kemarin.
Menurutnya UN hanya sekedar test belaka, tidak lagi memiliki ‘kesakralan’. Banyak pihak yang dengan leluasa membocorkan soal-soal ujian. Ini semua, tandas Burhandin, karena sistem pendidikan belum mencerdaskan. “Semua terkesan hanya formalitas saja. Tentu kalau hal ini benar adanya, kita ini lelah harus menyaksikan sandiwara dalam segala bidang. Rubahlah dari saat ini, dan mereka yang punya otoritas seperti dewan harus punya sikap,” terangnya.
Kendatipun ujian hanya formalitas, tapi UN telah menimbulkan kepanikan yang luar biasa bagi para siswa dan orang tua-nya. Meraka takut, tidak lulus dan tidak diterima di perguruan tinggi. “Ibaratnya bagi orang kaya, bodoh juga sah, karena mereka bisa membeli kunci jawaban ujian. Nah, bagi orang miskin ujian menjadikan frustasi, karena standar kelulusannya yang dinaikan,” jelas Burhanudin.
Diakhir orasinya mereka mendesak pemerintah dan dewan agar bertanggung jawab terhadap segala masalah sosial yang muncul belakangan ini. Mereka juga mendesak terealisasinya anggaran 20 % untuk pendidikan di Kota Bandung. “Tingkatkan infrastruktur pendidikan agar bisa dinikmati semua kalangan. Selanjutnya, pendidikan gratis adalah harga mati. Pemerintah jangan terus-terusan berdalih, karena ketidakmampuannya,” tandasnya. (aol)